Jumat, 11 Mei 2012

LAPORAN PRAKTEK LAPANG




LAPORAN PRAKTEK LAPANG
MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
DI DESA KANREAPIA    KEC. TOMBOLO’ PAO   KABUPATEN GOWA
Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2011
 


Oleh:


MARDYANTO BARUMBUN
1111040013
PENDIDIKAN MATEMATIKA







JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011




LEMBAR PENGESAHAN
Judul Laporan          : Laporan Praktek lapang Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo’ Pao Kabupaten Gowa
Nama                        : Mardyanto Barumbun
N I M                       : 1111040013
Jurusan                     : Matematika          
Program Studi          : Pendidikan.Matematika
Fakultas                    : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten dan Dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti proses perkuliahan untuk mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.

Makassar, November 2011

Dosen Penanggung Jawab
Mata Kuliah ISBD






Drs. M. Nur Zakaria Leo, M.Si
NIP. 19620228199003 1 001


Asisten







Febri Safitri, S.Pd.



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita persembahkan ke hadirat Sang Khalik, karena berkat dan anugerahNyalah sehingga kita masih dimampukan hingga detik ini, terlebih khusus dalam pelaksanakan kegiatan Praktek Lapang dan penyusunan Laporan Praktek Lapang yang merupakan salah satu syarat dari mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar(ISBD), FMIPA, UNM.
Kamipun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat langsung dalam serangkaian kegiatan Praktek Lapang hingga penyusunan Laporan Praktek Lapang ini, mulai dari Dosen Pendamping beserta Asisten-asisten dosen bersangkutan yang telah memberikan arahan dan petunjuk yang baik, hingga pelaksanaan dan penyusunan laporan ini dapat diselesaikan. Begitupun dari pihak-pihak yang menjadi sumber informasi yakni masyarakat di Desa Kanreapia dan beberapa tempat lainnya yang mau meluangkan waktunya untuk kami mintai innformasinya, hingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan lancar serta terselesaikannya Laporan ini.
Namun seperti pepatah lama yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, dibalik kesemuanya itu kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak pernah  luput dari kekekurangan dan kekeliruan.
Tetapi kami tidak menutup diri untuk dibangun melalui setiap kritik dan saran yang diberikan kepada kami, untuknya itu kami meminta partisipasi dari pembaca demi kelengkapan Laporan Praktek Lapang ISBD ini serta dapat berkenan dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, November 2011


Penulis
BAB   I
P E N D A H U L U A N
A.      Latar Belakang Praktek Lapang
Berangkat dari rapat seluruh rektor-rektor unversitas / institut negeri seluruh Indonesia tanggal 11 s/d 13 oktober 1971 di Semarang dengan kesimpulan pentingnya pemberian mata kuliah Basic Social Science ( Ilmu Sosial Dasar ) dan Basic Humanities ( Ilmu Budaya Dasar ) dalam rangka pembentukan sarjana, Surat keputusan Direktur Pendidikan Tinggi No 1338/DPT/A/71 bahawa ISD dan IBD harus diberikan ke semua fakultas dalam lingkungan Universitas / Institut negeri seluruh Indonesia.
Diharapkan mahasiswa mempelajari Basic Humanities tidaklah sama the humanities (pengetahuan budaya) yang menyangkut keahlian filsafat dan seni( seni pahat, seni tari, dll), melainkan teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan (norma, adat, saling menghormati, saling menhargai, intuisi, sikap).
Secara sadar ataupun tidak, memahami diri sendiri sebagai makhluk individu, sabenarnya kita tidak perlah lepas dengan keadaan sosial yang merupakan kodrat kita sebgai makhluk yang tak mampu hidup seorang diri (makhluk sosial) dan yang erat keterkaitan kita dengan lingkungan kita berpijak, baik sosial pun budayanya.
Melihat pentingnya pengenalan kaum terdidik untuk terjun langsung dalam masyarakat umum merupakan dambaan untuk menghasilkan sosok penerus bangsa yang mampu menjadi pribadi adaptif dan mengenal keadaan sekitarnya. Demianlah halnya dengan kami Mahasiswa, sungguh penting rasanya untuk terjun secara langsung dalam mengenal kehidupan sosial di suatu tempat dengan tempat lainnya hingga mengenal setiap kebudayaan yang mencadi corak utama keindahan bangsa Indonesia.
Oleh sebab itulah, praktek lapang terasa penting bagi perkembangan pendidikan Indonesia, karena melalui hal inilah sesunggahnya produk dari pendidikan Indonesia siap untuk diterbitkan bukan hanya pandai dalam materi belaka namun mampu menguasainya dan menuangkannya melaui praktek lapang ini. Dari penguraian di atas, maka penulis menyimpulkannya sebagai hal yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan praktikum lapangang mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar Jurusan Matematika Angkatan 2010/2011 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Untuk membuktikan semua permasalahan-permasalahan diatas serta mengetahui sejauh mana sikap manusia terhadap kondisi tersebut maka kami melakukan penelitian didaerah pegunungan yang hutannya masih luas dengan melihat langsung alam didaerah tersebut dan juga mewawancarai masyarakat setempat karena masyarakatlah yang lebih mengetahui daerah mereka.

B.       Tujuan Praktek Lapang
   Praktek lapangan Ilmu Sosial Budaya Dasar ini bertujuan untuk :
1.        Untuk melakukan observasi tentang hubungan kondisi geografis dengan nilai sosial budaya masyarakat,
2.        Melakukan wawancara dengan masyarakat setempat berkaitan dengan nilai-nilai sosial budaya dasar yang ada, dan nilai-nilai budaya atau tradisi yang masih dilestarikan masyarakat setempat sampai sekarang,
3.        Memberikan pengetahuan  kepada mahasiswa agar mampu berperan aktif sebagai warga masyarakat untuk menangani masalah sosial-budaya yang dialami masyarakat.
4.        Mampu menganalisisnya sendiri dan memberikan solusi terhadap peristiwa sosial tersebut serta mampu mengambil pelajaran dari hasil penelitian yang membandingkan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan dalam aspek pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya.
5.        Mengetahui keanekaragaman golongan-golongan dan kesatuan sosial lain di dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai kepentingan dan kebutuhan serta pola pikir dan tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda.
6.        Untuk menganalisis masalah budaya mengenai sistem atau tata nilai atau sikap mental, pola pikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

C.      Manfaat Praktek Lapang
Disamaping menjadi bahan penilaian bagi mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,Dengan dilakukannya praktek lapang Ilmu Sosial Budaya Dasar ini, maka kita dapat mengetahui banyak manfaat dari kegiatan tersebut, diantaranya menambah pengetahuan atau wawasan tentang masalah-masalah sosial yang sedang terjadi di masyarakat, atau dengan kata lain menjadi bahan pelajaran bagi mahasiswa dalam pengetahuan tentang kehidupan sosial dan budaya di daerah pedesaan khususnya di Desa Kanreapia. Selain itu, memberikan bekal kepada mahasiswa tentang bagaimana terjun di masyarakat atau berperan aktif dalam masyarakat.
Disamping itu, melalui Praktek lapang ini, mampu menambah kesadaran untuk mau memperhatikan keadaan masyarakat sehingga jauh dari sifat egoisme, serta mampu  manganalisis masalah sosial masyarakat dari segi pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya. Terutama bagi pemerintah khususnya Pemerintah Desa Kanreapaia sehingga menjadi bahan masukan dalam  pelestarian budaya yang sesuai ataupun dalam menetapkan kebijakan mendukung prospek dan strategi perkebunan di Desa Kanrepia oleh Pemerintah setempat.

 
BAB   II
KAJIAN  PUSTAKA
A.  Tujuan Ilmu Sosial Budaya dasar
Menurut M. Nur Zakaria Leo, tujuan ilmu sosial budaya dasar adalah sebagai berikut:
1.    Mengenal lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja;
2.    Mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain;
3.    Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup;
4.    Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia;
5.    Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya;
6.    Memiliki penglihatan yang jelas pemikiran serta yang mendasar serta mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya;
7.    Sebagai calon pemimpin bangsa serta ahli dalam disiplin ilmu tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan sebagai disiplin ilmu yang kaku;
8.    Sebagai jembatan para saran yang berbeda keahliannya lebih mampu berdialog dan lancar dalam berkomunikasi dalam meperlancar pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun serta mampu memenuhi tuntutan perguruan tinggi khususnya Dharma Pendidikan. (M. Nur Zakaria Leo, 2010).
Berbicara mengenai kebudayaan tentunya akan mencakup hal yang begitu luas. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan meliputi seluruh aspek kehidupan. Kebudayaan muncul dan tumbuh berkembang sejak manusia hidup berkomunitas, karena manusialah menciptakan, memproses dan mengembangkannya. Kebudayaan muncul sebagai proses, karena manusia membutuhkan untuk memenuhi tujuan hidupnya. Menurut Koentjaraningrat (1980) istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “Budhaya” bentuk jamak dari “Budhi atau akal”, maka kebudayaan dikaitkan yang berkonotasi dengan akal. Sedangkan istilah “Budhaya” merupakan rangkaian jamak “Budhidaya” , sehingga diartikan daya dari budi. Berarti cipta, karsa dan rasa. Jadi kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa. Berdasarkan beberapa istilah yang berkaitan dengan budaya atau kebudayaan seperti: culture (adab, kesopanan, pemeliharaan), custem (adat, kebiasaan), civilization (peradaban), cultivate (megolah), mengusahakan), dan  cultural (kebudayaan). Mengakar pada kosakata di atas, akan dikutip beberapa konsep dan wawasan kebudayaan dari pendapat para ahli misalnya Taylor (dalam Munandar, 1998 dan Machfud, 1998) mengungkap “kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang kompleks berupa; kepercayaan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan segala kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat (Agussalim, 2009: 20).

B.   Hakekat Manusia
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing – masing dan untuk orang di sekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini.
Ada beberapa pernyataan mengenai manusia yang dapat digolongkan sebagai bernilai filsafati, seperti :
1.    Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon poolitikon atau makhluk social dan "makhluk hylemorfik", terdiri atas materi dan bentuk-bentuk.
2.    Ernest Cassirer berpendapat bahwa manusia adalah animal simbolikum, yaitu ialah binatang yang mengenal simbol, misalnya adat-istiadat, kepercayaan, bahasa. Inilah kelebihan manusia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia dapat mengembangkan dirinya jauh lebih hebat daripada binatang yang hanya mengenal tanda dan bukan simbol.
Hakekat manusia merupakan ciri-ciri yang karakteristik, yang secara prinsip membedakan manusia dengan hewan, walaupun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama secara biologis (lihat orang hutan). Karenanya banyak filsuf menamakan manusia identik dengan hewan seperti : Socrates, menyebut manusia Zoon Politico (hewan yang bermasyarakat); Max Schaller ; menyebutkan : Das Krantetier (Hewan Ynag Selalu Bermasalah); demikian pula Charles Darwin dengan teori evolusinya telah membuktikan bahwa manusia berasal dari kera (Primat) tetapi dia gagal yang disebutnya dengan The Missing Link. (Zulfikar, 2010).
1.    Manusia sebagai Mahluk Individu
  Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya. (Agussalim, 2009)
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang. (Zulfikar, 2010).
2.    Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. (Agussalim, 2009)
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial karena mereka tidak akan dapat bertahan hidup tanpa bantuan dari orang lain. Mereka selalu saling membutuhkan dengan sesamanya. Namun manusia memiliki sisi lain dimana mereka bisa menjadi sangat individual. Walaupun begitu, mereka harus dapat menempatkan diri pada segala situasi serta aspek salam kehidupan mereka. Karena bila tidak, maka mereka tidak akan bisa menciptakan keselarasan dan keseimbangan antara diri mereka sendiri dengan lingkungan sekitar.
Hal inilah yang kerap menjadi masalah pada setiap manusia. Terkadang ada seseorang yang mempunyai sisi sosial yang terlalu besar, sehingga mereka dianggap mengganggu privasi orang lain. Namun ada juga yang berlebihan dalam sisi individualnya, sehingga mereka dianggap sombong, tidak suka bergaul, egois, bahkan ada juga yang menganggap mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya.
Sebenarnya banyak cara yang dapat kita lakukan untuk itu. Salah satunya adalah dengan banyak bergaul dan berkumpul dengan orang-orang disekitar kita, karena satu hal penting yang harus kita ingat, suatu saat kita pasti akan membutuhkan mereka, begitu juga sebaliknya. Dari situ kita akan lebih mengenal orang-orang disekitar kita, kita dapat mengetahui karakter mereka, dan dengan sendirinya akan terpupuk hubungan yang lebih erat antar sesama manusia. Yang paling penting adalah kita harus selalu berpikir positif terhadap orang lain, itu adalah suatu awal yang cukup baik untuk memulai hubungan dengan orang lain.
Namun tidak dapat dipungkiri, hubungan antar sesama manusia memiliki batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Yang dimaksud dengan batasan disini adalah bagaimana kita dapat tetap berteman dan berhubungan baik dengan orang lain tanpa mengganggu privasi mereka. Disini saya akan sedikit berpendapat, bahwa tidak jarang saya melihat orang-orang disekitar saya merasa privasi mereka terganggu oleh orang yang tidak lain adalah teman mereka sendiri. Betapa disayangkan bila itu terjadi dalam suatu hubungan pertemanan.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a.  Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia. (Zulfikar, 2010).

C.  Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Kebudayaan sering kali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat. Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan tersebut. Akan tetapi ternyata definisi-definisi tersebut tetap saja kurang memuaskan.
Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor pada tahun 1871, lebih dari seratus tahun yang lalu, dalam bukunya Primitive Culture, dimana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme/materialisme. Dari berbagai definisi yang telah dibuat tersebut, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural system, social system, dan artifact. Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu membanggakan kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain. Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat kebudayaan yang variatif, relatif, universal, dan counterculture.
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
1.    Edward B. Taylor
       Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2.   M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
3.   Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

4.  Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7.   Francis Merill
a.     Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social
b.     Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
8.   Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
9.    Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
10. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
11. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. (Anonim2. 2010).
Kebudayaan mempunyai lingkup yang cukup luas, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Kebudayaan muncul dan tumbuh berkembang sejak menusia sejak manusia hidup berkomunitas, karena mansuialah menciptakan, memproses dan mengembangkan. Kebudayaan muncul sebagai proses, karean manusia membutuhkan untuk memenuhi tujuan hidupnya.
Menurut Koentjaraningrat (1980) istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “Budhaya” bentuk jamak dari “Budhi atau akal”, maka kebudayaan dikaitkan yang berkonotasi dengan akal. Sedangkan istilah “Budhaya” merupakan rangkaian jamak “Budhidaya” , sehingga diartikan daya dari budi. Berarti cipta, karsa dan rasa. Jadi kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa. Berdasarkan beberapa istilah yang berkaitan dengan budaya atau kebudayaan seperti: culture (adab, kesopanan, pemeliharaan), custem (adat, kebiasaan), civilization (peradaban), cultivate (megolah), mengusahakan), dan  cultural (kebudayaan).
Mengakar pada kosa kata di atas, akan dikutip beberapa konsep dan wawasan kebuyaan dari pendapat para ahli misalnya: Taylor (dalam Munandar, 1998 dan Machfud, 1998) mengungkapkan, “Kebudayaan adalah seluruh pengetahuan yang kompleks berupa kepercayaan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan, dan segala kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat. (Mahsyuri Arifin, 2009).
1.    Kebudayaan dalam Pandangan Sosiologi
 Bagaimana para sosiolog mendefinisikan kebudayaan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut :
a.    Keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of life termasuk nilai-nilai, norma-norma, institusi, dan artifak yang dialihkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses belajar (Dictionary of Modern Sociology).
b.    Francis Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah :
1)   Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
2)   Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
c.    Bounded et.al (1989), kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh Pengembangan dah transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya symbol bahasa sebagai rangkaian simbol. yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pernerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu
d.   Mitchell (ed) dalam Dictionary of Soriblogy mengemukakan, kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia (dan produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal. (Mahsyuri Arifin, 2009).
2.    Kebudayaan dalam Pandangan Antropologi
  Bagaimana seorang antropolog mendefinisikan kebudayaan?
a.    Berdasarkan Encyclopedia of Sociology, kebudayaan menurut Para antropolog diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini pertama kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa di masa silam yang berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis masyarakat di mana mereka tinggal.
b.    Malinowski mengatakan bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat
c.    Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis
Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adapt istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy) . (Yudhi, 2010).
3.    Proses Perkembangan Kembudayaan
 Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia. Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melaui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya. Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalam hal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Suatu kelompok dalam kelompok sosialbisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalah artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan. Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat bertolak belakang dengan budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di masyarakat. Sekali lagi yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai. (Anonim2. 2010).
4.    Konsep yang Berkaitan dengan Kebudayaan
 Untuk memahami kebudayaan secara keselurahan maka ada baiknya saya mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudayaan, beberapa diantaranya selalu digunakan secara bergantian dalam membahas komunikasi antar budaya.
a.    Budaya Dominan
b.    Common culture
c.    Sub kultur
d.   Cultural lag
e.    Culture shock
f.     Kebudayaan tradisional
g.    Multikultural. (Yudhi, 2010).
5.    Unsur Kebudayaan Universal
a.    Sistem Religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
b.    Sistem Organisasi Kemasyarakatan
 Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
c.    Sistem Pengetahuan
 Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.
d.   Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem – Sistem Ekonomi
 Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
e.    Sistem Teknologi dan Peralatan
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.
f.     Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
g.    Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
6.    Unsur-Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
a.    Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1)   alat-alat teknologi
2)   sistem ekonomi
3)   keluarga
4)   kekuasaan politik
b.    Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1)   sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
2)   organisasi ekonomi.
3)   alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4)   organisasi kekuatan (politik). (Anonim, 2010).
7.    Hubungan antara Unsur-Unsur Kebudayaan
a.    Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.    Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
c.    Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
d.   Sistem ilmu dan pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
1)   Pengetahuan tentang alam
2)   Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
3)   Pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
4)   Pengetahuan tentang ruang dan waktu (Anonim, 2010).
8.    Wujud dan Komponen Kebudayaan
a.    Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1)   Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2)   Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3)   Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
b.    Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1)        Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2)        Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
1)        Alat-alat produktif
2)        Senjata
3)        Wadah
4)        Alat-alat menyalakan api
5)        Makanan
6)        Pakaian
7)        Tempat berlindung dan perumahan
8)        Alat-alat transportasi. (Anonim, 2010).
9.    Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatulingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
a.    Phisical Environment yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora, fauna, iklim dan sebagainya.
b.    Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisanya seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai.
c.    Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
d.   Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
e.    Out Carries Produc, Meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. (Anonim, 2010).
10.    Problematika Kebudayaan
Seiring dengan perkembangannya, kebudayaan juga mengalami beberapa problematika atau masalah masalah yang cukup jelas yaitu :
a.    Hambatan budaya yang ada kaitannya dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
b.    Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan sudut pandang atau persepsi.
c.    hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
d.   Masyarakat terpencil atau terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat lainnya.
e.    Sikap Tradisionalisme yang berprasangaka buruk terhadap hal-hal yang baru.
f.     Mengagung-agungkan kebudayaan suku bangsanya sendiri dan melecehkan budaya suku bangsa lainnya atau lebih dikenal dengan paham Etnosentrisme. (Anonim, 2010).
  1. Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
 Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini.  Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan  manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia  menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
1.         Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya,
2.         Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain,
3.         Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia,
4.         Pembeda manusia dan binatang,
5.         Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan,
6.         Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain, dan
7.         Sebagai modal dasar pembangunan. (Anonim,2010)



E.   Perubahan Sosial Budaya dalam Masyarakat
Terdapat perbedaan yang mendasar antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan sosial meliputi perubahan dalam perbedaan usia, tingkat kelahiran, dan penurunan rasa kekeluargaan antar anggota masyarakat sebagai akibat terjadinya arus urbanisasi dan modernisasi.
Perubahan kebudayaan jauh lebih luas dari perubahan sosial. Perubahan budaya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian , ilmu pengetahuan , teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat. Perubahan sosial dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat saling berkaitan. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Adalima penyebab terjadi perubahan kebudayaan yaitu:
1.    Perubahan lingkungan alam.
2.    Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan kelompok lain.
3.    Perubahan karena adanya penemuan (discovery).
4.    Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
5.    Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsisuatu pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.
Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusian, bukan sebaliknya yaitu yang akan memusnakan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan. (Agussalim. 2009)

F.   Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial:
1.    Tekanan kerja dalam masyarakat
2.    Keefektifan komunikasi
3.    Perubahan lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan. (Anonim2. 2010).


G.    Suku di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa
Berbicara mengenai kebudayaan, tentunya akan banyak membahas mengenai ras manusia. Kata ras sebenarnya berasal dari bahasa Arab yakni ras artinya keturunan. Adapun definisi dari ras dalam antropologi ragawi cukup banyak. Menurut Grosse, ras adalah segolongan manusia yang merupakan satu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan, sehingga berdasarkan itu dapat  dibedakan dari kesatuan yang lain. Adapun Kohibrugge berpendapat bahwa ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri jasmani karena diturunkan. Jadi, ciri-ciri kerohanian tak diperhitungkan di sini. Kemudian Haldane membuat definisi “a group which shares in common a certain set of innate physical characters and geographical origin within a certain area”. Definisi yang ketiga di atas ternyata dilengkapi dengan latar belakang geografis dari asal-usul ras, sehingga menawarkan bahasan yang lebih lengkap lagi apabila ingin ditelaah ras dengan seluk-beluknya. Hal ini berkaitan erat dengan suatu cabang dari geografi hayati (biogeografi) yang secara khusus membahas ras umat manusia yang bersama-sama tumbuhan dan hewan hidup dan menghuni permukaan bumi dan berinteraksi dengan anek macam lingkungan alamnya. Lima faktor pembentuknya yang rincinya berupa mutasi, seleksi, adaptasi, isolasi dan migrasi. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.    Mutasi adalah perubahan cepat yang terjadi di dalam gen-gen manusia. Misalnya jika orang tua berambut lurus, anak-anak mereka dapat saja berambut gelombang. Yang menyangkut hal lain seperti warna kulit ada juga hubungan dengan mutasi itu. Menurut dugaan, kemunkinan besar manusia pertama nenek moyang umat manusia warna kulitnya agak gelap (darkish) sksn tetapi pada cicit-cicit mereka kemudian nampak munculnya warna yang agak terang hingga putih pula.
2.    Seleksi atau natural selection artinya lebih kurang penyaringan. Sebagai contoh dapat diajukan yaitu di benua Eropa warna kulit yang putihnya dominan sehingga setiap kali terjadi mutasi yakni lahirnya anak yang warna kulitnya ‘darkish’ ia lenyap mati dan dikatakan kena seleksi alam. Demikian pula di benua Afrika, mutasi yang menghasilkan warna kulit keputih-putihan akan lenyap karena pemiliknya tak tahan lingkungan alam yang dihuninya. Pendapat yang ada sebelumnya malah berlainan dengan itu. Banyak sedikitnya sinar matahari dikira orang yang justru menjadikan gelap atau terangnya warna kulit pada manusia.
3.    Adaptasi artinya menyesuaikan diri dengan alam di sekitarnya. Pengaruh lingkungan tersebut mewujudkan faktor yang penting sekali terhadap pertumbuhan badan manusia. Yang dimaksud sebagai unsur-unsur dari lingkungan alam adalah terutama iklim, tumbuhan dan hewan.
4.    Isolasi melalui cara mutasi, seleksi dan adaptasi di atas dapat terbentuk ras tertentu, maka kemudian sifat-sifat yang telah diperoleh karenanya dapat diturunkan atau diwariskan lanjut kepada generasi berikutnya atau seterusnya. Hal-hal yang pada suatu generasi sama dengan sifat jasmani nenek moyangnya disebabkan antara lainoleh isolasi atau pemencilan. Dengan isolasi ini perubahan tak akan banyak terjadi karena pengaruh dari luar menjadi amat terbatas, pencampuran dengan ras lain pun dapat dicegah secara alami.
5.    Migrasi adalah aktivitas yang banyak ras setelah kemudian meninggalkan wilayah asalnya sehingga dengan boyongan ini secara berangsur-angsur ras tersebut akan bertemu dengan ras-ras lain ataupun dengan lingkungan alam, baik yang sama maupun lain sama sekali dengan yang pernah mereka hayati. Pencampuran dengan ras-ras lain itu atau adaptasi dengan lingkungan alam yang baru, kemudian dapat menimbulkan sifat-sifat atau ciri-ciri jasmani baru, sehingga akhirnya akan terbentuk ras yang baru (Ibrahim Abbas, 2006: 13-15).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa terdapat dua suku yang ada di dalamnya. Sebagian besar penduduk di daerah tersebut terdiri atas suku Makassar dan Suku Bugis. Dengan demikian, penulis akan mencoba memaparkan mengenai suku Makassar. Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara' berarti Mereka yang Bersifat Terbuka.
Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adudomba Belanda terhadap Kerajaan taklukannya.
Berbicara tentang Makassar maka adalah identik pula dengan suku Bugis yang serumpun. Istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah. Hingga pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda, segala potensi dimatikan, mengingat Suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Dimanapun mereka bertemu Belanda, pasti diperanginya. Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah seperti Karaeng Galesong, hijrah ke Tanah Jawa. Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui. Oleh karena itu, Belanda yang saat itu dibawah pimpinan Spellman menjulukinya dengan "Si-Bajak-Laut".
Sejarah Makassar masih sangat panjang. Generasi demi generasi yang terampas harga diri dan kepercayaan dirinya sedang bangkit bertahap demi bertahap sambil berusaha menyambung kebesaran nama Makassar, "Le'ba Kusoronna Biseangku, Kucampa'na Sombalakku. Tamammelokka Punna Teai Labuang" (Anonim, 2010).
Keanekaragaman budaya di Indonesia dalam pembacaan antropolog telah melihat adanya kecerdasan local yang menarik untuk dimaknai. Hari Poerwanto sebagai penulis buku ini mencontohkan fenomena kebudayaan masyarakat Maring Tsembaga di Papua New Guinea yang sehari-hari bercocok tanam ubi kayu, kelanadi dan beternak. Hal ini sesuai dengan aktivitas kebudayaan di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa yakni bercocok tanam setiap paginya dan kembali pulang ke rumah untuk beristirahat ketika sore hari. Berbagai bentuk budaya lain juga dapat dijumpai di daerah tersebut seperti adat syukuran yang biasanya dilakukan masyarakat desa setempat setiap kali selesai panen hasil perkebunan, adat perkawinan bahkan adat silaturrahmi yang masih dijalankan penduduk sekitar. Hal tersebut akan menimbulkan suatu bentuk keseimbangan hidup yang tercipta dari dasar keharmonisan dalam kehidupan. Itulah sebabnya mengapa keseimbangan juga harus ada dalam kebijakan pembangunan. Pemerintah harus memahami preferensi atau kontek budaya suatu daerah yang jelas berbeda dengan daerah lainnya, karena itu tidak boleh ada semacam generalisasi pembangunan. Sejak dicetuskannya wacana sustainable development pada tahun 1987 oleh Komisi Sedunia tentang Lingkungan dan Pembangunan (World Commision on Enviromentalanda Development), upaya keselarasan pembangunan antara pembangunan dan aspek lingkungan terus dipandang sangat urgen termasuk hubungannya dengan kebudayaan. Keselarasan antara manusia dan lingkungan akan menjadi modal sosial untuk mempertahankan daya dukung alam terhadap kehidupan dan manusia dan sebaliknya (Hari Poerwanto, 2008: 40).
 
BAB   III
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek lapang mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD), dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal          :    Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2011
Pukul                      :    07.00 WITA s.d. selesai
Tempat                   :                  
1.      Objek I         : Perumahan Bumi Batara Gowa
2.      Objek II        : Pemukiman Penduduk (disekitar Pabrik Kertas Gowa)                             di Kecamatan Bontomarannu, Kab. Gowa
3.      Objek III      : Pemukiman Masyarakat Parangloe
4.      Objek IV      : Pemukiman Masyarakat Kanreapia
5.      Objek V        : Masyarakat sekitar Air Terjun Takapala
6.      Objek VI      : Pasar Malino

B.     Alasan Pemilihan Lokasi
Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo’ Pao Kabupaten Gowa dipilih sebagai tempat dilaksanakannya praktikum, dengan alasan bahwa daerah ini begitu strategis untuk dijadikan objek praktikum terkait dengan praktek lapang mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Di daerah ini banyak terdapat kebudayaan-kebudayaan baru yang perlu untuk diketahui dan diteliti lebih lanjut. Daerah puncak di Sulawesi Selatan inipun tidak terlalu jauh dari Ibukota Provinsi (Makassar) hanya menempuh waktu 2 atau 3 jam saja. Selain suasana yang sejuk, daerah itu juga salah satu merupakan penghasil komoditas pertanian terbesar di Kabupaten Gowa.
Dengan demikian, daerah ini dianggap cukup potensial untuk dijadikan objek obsevasi guna mengetahui keadaan sosial, ekonomi, dan budaya di daerah ini.  

C.    Alat dan Bahan yang Dipersiapkan
Alat dan bahan yang dimaksud dalam hal ini adalah segala peralatan maupun bahan habis pakai yang digunakan oleh praktikan dalam mengumpulkan dan menganalisis data-data yang diperoleh dari objek penelitian selama proses praktek lapangan. Adapun alat dan bahannya yakni sebagai berikut:
1.    Alat
a.    Pulpen/Pensil;
b.    Papan Pengalas;
c.    Payung atau jas hujan;
d.   Kertas Double Folio Bergaris;
e.    Kamera;
f.     Kebutuhan pribadi;
g.    Transportasi.
2.    Bahan
a.    Responden (masyarakat);
b.    Kuesioner.

D.    Tahap Pelaksanaan Praktikum
Tahap pelaksanaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Persiapan
       Pada tahap persiapan, praktikan mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan pada saat praktik lapang. Sebelum berangkat ke lokasi, seluruh praktikan berkumpul di pelataran Geografi. Di sini praktikan mendengarkan segala arahan dari Koordinator dan Asisten mengenai apa saja yang harus praktikan lakukan setelah tiba di lokasi observasi. Setelah itu, diadakanlah doa bersama, lalu perjalanan pun dimulai.
2.    Pelaksanaan
       Praktikan mulai mengadakan observasi di objek-objek penelitian. Untuk objek pertama yakni Perumahan Bumi Batara Gowa, praktikan mengambil 3 sampel. Di lokasi kedua, yakni pemukiman penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa Kecamatan Bontomarannu, praktikan mengambil 2 sampel. Untuk lokasi ketiga, yakni pemukiman masyarakat Parangloe, praktikan mengambil 2 sampel. Untuk lokasi keempat, yakni pemukiman masyarakat Kanreapia, praktikan mengambil 12 sampel. Pada daerah Kanreapia sengaja diambil banyak sampel karena daerah inilah yang menjadi lokasi inti dari praktek lapang ini. Pada daerah ini pulalah seluruh praktikan beserta Koordinator dan juga asisten menginap. Setelah melakukan observasi, praktikan kemudian membuat laporan sementara yang dituangkan dalam kertas folio bergaris sebanyak 6 halaman.
3.    Penutup
       Setelah praktikan kembali ke rumah masing-masing, praktikan kemudian membuat laporang lengkap praktek lapang. Namun karena membuat laporan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, maka setiap praktikan haruslah terlebih dahulu melakukan asistensi sekaligus konsultasi terhadap laporan yang telah dibuat kepada asisten sebelum laporan tersebut diberikan kepada koordinator dalam hal ini Dosen ISBD. Selain sebagai hasil dari observasi yang dilakukan praktikan, laporan ini juga menjadi syarat bagi praktikan untuk dapat mengikuti final tes untuk mata kuliah ISBD ( Ilmu Sosial Budaya Dasar).

E.  Teknik Pengambilan Data dan Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada praktikum adalah:
1.    Kuesioner
            Kuesioner yang dimaksud dalam hal ini adalah pertanyaan-pertanyaan sebanyak 23 pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk selanjutnya dijawab guna memperoleh informasi selama proses praktek lapangan berlangsung.
2.    Wawancara
            Wawancara yang dimaksud dalam hal ini adalah mengajukan pertanyaan langsung kepada responden sesuai dengan daftar pertanyaan yang tertera dalam kuesioner, metode ini berhubungan sangat erat kaitannya metode kuesioner sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga pertanyaan yang diajukan oleh praktikan kepada responden tidak seperti yang tertera di dalam kuesioner, namun pertanyaan tersebut dapat dijadikan bahan sebagai pelengkap dari data-data yang dibutuhkan.
3.    Dokumentasi
            Dokumentasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pengambilan gambar dalam bentuk foto sebagai bukti bahwa praktikan telah melakukan wawancara langsung kepada responden.
4.    Observasi
Observasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pengamatan langsung yang dilakukan praktikan terhadap objek penelitian guna memperoleh informasi-informasi terkait yang diperlukan oleh praktikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar